ANALISIS PERENCANAAN
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA
PADA RUMAH TANGGA KAPASITAS 500 W, 220 V
M. Hariansyah, Ir, M.T
Saat
ini, sebanyak 52 % dari rumah tangga yang ada di Indonesia mendapat
pasokan energi listrik dari PLN (
Perusahaan Listrik Negara), sisanya belum mendapat aliran daya listrik dan rata-rata pertambahan beban listrik setiap
tahun mencapai 8,2 %. Penyedian pembangkit tenaga listrik sangat terbatas,
diperkirakan pada tahun 2015 Indonesia akan mengalami krisis energi
listrik . Untuk menanggulangi permasalahan tersebut di atas diperlukan usaha dan
pemikiran, mencari sumber pembangkit energi listrik, salah satunya adalah
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Perencanaan PLTS pada rumah tangga berkapasitas 500 watt,
220 volt. Prinsip kerja PLTS memanfaatkan energi matahari yang mengenai
permukaan modul surya (Photovoltaik(PV)) yang mampu menyerap energi matahari
kemudian mengkonversinya menjadi tegangan listrik. Arus listrik yang dihasilkan oleh PV dihasilkan
masih berupa arus searah (dc), dengan
menggunakan Baterai Control Regulator(BCR), tegangan dc tersebut dapat disimpan
di dalam Baterai yang berfungsi sebagai suplay daya utama terutama pada malam hari. Umumnya beban
rumah tangga mendapat suplay tegangan arus bolak-balik (ac), sehingga tegangan dc dari PV maupun baterai harus di
ubah oleh inverter ke tegangan ac. Penelitian dilakukan melalui simulasi
komputer dengan mempergunakan program Pspices. Hasil yang diperoleh untuk
memenuhi kebutuhan daya listrik 500 W,
pada tegangan 220 Volt pada rumah tangga,
diperlukan 16 unit PV, 16 buah baterai dengan kapasitas 400Ah, 48 Volt,
BCR pengisian baterai 8 A dan output inverter 2,5 Amper.
1. PENDAHULUAN
Permintaan daya listrik setiap tahun meningkat.
PT. PLN ( Perusahaan Listrik Negara)
saat ini hanya dapat mensuplai daerah perkotaan dan industri, serta
beberapa desa yang memang dianggap mampu disuplai karena telah memiliki
jaringan listrik. Sebanyak 52 %
dari rumah tangga yang ada di Indonesia, tingga di pedesaan dan 78 % belum mendapat pasokan energi listrik. Rata-rata pertambahan beban
listrik setiap tahun mencapai 8,2 %. Sementara penyedian pembangkit tenaga
listrik sangat terbatas, diperkirakan pada tahun 2015 Indonesia akan mengalami
krisis energi listrik. (Lokakarya PLN 2008).
Berbagai
kendala yang dihadapi untuk mensuplai energi
listrik, khususnya di daerah pedesaan, terbatasnya daya listrik yang
dibangkitkan, lokasi daerah pedesaan
jauh dari pusat pembangkit sehingga harus membangun jaringan distribusi dan
beban tidak terpusat, sehingga dinilai tidak ekonomis. Kondisi seperti ini merupakan
suatu permasalahan, yang perlu
diselesaikan.
Secara
geografis Indonesia berada pada garis
katulistiwa dengan batas 6 oLU sampai 11 o LS dan 95o BT
sampai 141 oBT, dengan pancaran
sina rmatahari rata-rata adalah mencapai
7 jam perhari, dan puncak penyinaran matahari maksimum rata-rata setiap hari
mencapai 4,5 jam. ( LIPI. 2007)
(Djojodiharjo, H.
2001) Telah melakukan analisis keperluan daya listrik untuk rumah tangga di pedesaan rata-rata 450
VA, atau setara 380 watt. Cukup digunakan untuk penerangan 6 buah titik lampu
masing-masing 10 watt, dan keperluan lainnya 250 watt. Salah satu usaha dan pemikiran untuk
menyelesaikan krisis energi listrik tersebut, terutama di daerah pedesaan adalah
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), untuk kapasitas rumah tangga di
pedesaan.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar PLTS.
Bentuk rangkaian Instalasi PLTS diperlihatkan pada gambar 1, dan rangkaian
pengukuran pada gambar 2 . berikut: (Djojodiharjo, H. 2001)
Gambar 1. Blok diagram PLTS
Gbr 2. Rangkaian pengukuran arus
dan tegangan
2.2 Radiasi Matahari.
Energi matahari yang diterima
langsung diluar atmosfir bumi adalah kontinu dengan laju daya sebesar 1.350
watt/m2. Energi ini dikenal dengan sebagai insolation(incident solar
radiation) bersifat stabil sehingga
dapat dinyatakan sebagai “konstanta surya ( solar constant)”. Pada permukaan
bumi, tingkat daya matahari berfluktuasi sebagai fungsi dari perputaran bumi
pada sumbunya dan pergerakan bumi mengelilingi matahari. Daya surya maksimum
yang dapat diterima pada permukaan horizontal yang diukur pada permukaan
laut sebesar 1.000 watt /m2. ( Matthew, B. 2003)
2.3 Modul
Surya.
Modul surya atau photovoltaic merupakan gabungan beberapa sel surya yang terhubung secara seri. Satu sel surya
mengahasilkan tegangan sebesar 0,45 Volt. Tegangan ini sangat rendah untuk
dapat dimamfaatkan secara praktis, sehingga diperlukan sejumlah sel surya yang
dihubungkan secara seri.
Besar nilai tegangan serta arus pada
system maksimum power point tracker (MPPT) solar cell tergantung dari
karakteristik solar cell tersebut. Besar arus solar cell ditulis dengan
persamaan: ( Green, A.M. 1982)
Dimana :
k.T/q : tegangan thermal =0.02586 V pada suhu 300 oK
I SC : Arus hubung singkat (A)
Io : Arus beban nol (A)
Dan besar
tegangan solar cell pada saat hubungan terbuka
ditulis dengan persamaan :
Total daya yang
dibangkitkan dirumuskan :
Daya maksimum pada solar
cell diperoleh ketika
maka dari persamaan (3) tersebut diatas diperoleh titik tegangan maksimum (Vm), dan titik arus maksimum (Im) yang ditulis :
Daya yang
dihasilkan modul surya pada titik daya maksimum dinyatakan dalam satuan watt-puncak ( peak watt (Wp)), dan masih perlu ditambah 20 % sehingga diperoleh persamaan :
Besar energi
surya dirumuskan : W = P. t
Cara menentukan jumlah modul dilakukan dengan pendekatan :
Cara menentukan jumlah modul dilakukan dengan pendekatan :
Dimana :
P = Jumlah daya listrik (watt)
KPM = Kapasitas daya modul surya (watt)
2.5 Pengatur Muatan Baterai (BCR) dan Inverter
Bagian ketiga
pada pembangkit listrik tenaga surya selain modul surya adalah pengatur
muatan baterai atau Battery Charge Regulator (BCR) dan Inverter. Inverter merupakan
suatu rangkaian elektronik yang dapat mengubah tegangan input DC menjadi
tegangan output AC, yang diinginkan . Tegangan output yang berubah-ubah dapat
diperoleh dengan mengubah-ubah tegangan input DC dan menjaga agar penyalaan
inverter tetap konstan (
Norris, C. 2006).
2.6 Baterai
Waktu otonomi baterai dapat dikatakan estimasi lama waktu operasional
Baterai, saat tidak ada suplai dari modul surya. Makin lama waktu otonomi, makin tinggi kapasitas Baterai yang diperlukan,
dapat diperlihatkan dengan menggunakan persamaan ( Marsudi, D. 2005 )
dimana :
Q =
muatan arus baterai harian (Ah)
E = enerji (Wh)
V = tegangan baterĂa (volt)
2.6.1 Kapasitas Baterai
Kapasitas Baterai ( Ah ) diformulasikan sebagai berikut C = I.t
Dimana :
C = Kapasitas batere ( Ah )
I =
Besar arus yang mengalir ( A )
t = Waktu ( jam)
Kapasitas suatu baterai menyatakan berapa lama kemampuannya untuk
memberikan aliran listrik pada tegangan tertentu yang dinyatakan dalam
ampere-jam(Ah), karena tidak mungkin suatu baterai dikosongkan penuh 100 %,
maka perlu diperhitungkan tingkat pengosongannya, biasanya antara 50 % – 75 %,
tergantung dari jenis baterainya dan karakteristik dari baterai. Waktu pengosongan baterai dituliskan :
2.6.2 Hubungan Baterai
Besar teganan dan arus baterai dapat dihasilkan
dengan melakkan dua cara menghubungkan
baterai . Hubungan Seri, berfungsi untuk
menghasilkan jumlah tegangan yang lebih besar sesuai yang direncanakan. ( Marsudi, D. 2005)
Hubungan pararel,
berfungsi untuk memperoleh arus listrik
yang besar sesuai yang direncanakan.
2.7 Beban Listrik
Ada
tiga macam jenis beban listrik pada rumah tangga yaitu : (Zuhal. 2001)
a. Beban listrik bersifat tahanan murni ( R), contoh
beban seperti setrika, elemen pemanas, dan lampu pijar.
b. Beban listrik bersifat induktip ( XL),
contoh beban seperti motor-motor
listrik, lampu yang menggunakan balaz
yangberbentuk belitan.
c.
Beban listrik bersifat kapasitif (
XC), contoh beban seperti lampu hemat enerji yang banyak mengandung
kapasitor.
2.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat
dan bahan yang digunakan:
Alat dan bahan yang
digunakan untuk melakukan penelitian terdiri:
a.
Seperangkat
PLTS, ( Modul surya, BCR, Baterai dan Inverter) kapasitas 50 Wpp.
b. Alat-alat
ukur, Ampermeter 3 unit, Volt meter 2 unit, Osiloskop 150 mHz, kabel
penghubung, frekuensi meter, dan cos phi meter
a.
Beban
listrik, Resistor geser 100 ohm, lampu
pijar 20 watt, 220V, lampu LT 10 watt, 220 volt.
b. Alat-alat pendukung
lainnya.
3.2 Waktu dan Tempat
Penelitian.
Pengukuran intensitas matahari dan pengukuran
arus dan tegangan dilakukan pada
tanggal 1 s.d 7 mei 2007. Lama penelitian hingga laporan selesai 6 April 2007 hingga 8 Agustus 2008. Tempat penelitian di lakukan
di CV. Maharani Teknik, di Jl. Cemara Kipas II No 11 A. Taman Yasmin Bogor,
Telp ( 0251- 8400602).
3.3
Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian sebagai berikut,
a. Menentukan kapasitas beban terpasang
500 watt.
b. Menetukan kapasitas inverter beserta komponen-komponen pendukungnya
c. Menentukan kapasitas jumlah baterai, serta
pemasangannnya.
d. Menentukan BCR berserta komponen-komponen
pendukungnya.
e. Menentukan lama waktu pengisian dan
pengosongan baterai
f. Menentukan jumlah modul PV, tegangan dan arus yang keluar dari terminal PV.
g. Melakukan pengukuran arus dan tegangan listrik dengan beban yang
bervariabel
h. Mengamati input dan output sinyal pada
BCR dan Inverter
i. Membuat kesimpulan dan saran.
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Rumah tangga/tinggal yang
sederhana type (R2) mempunyai beban
listrik sebesar 450 VA, Sebagai asumsi
konsumsi listrik harian tersebut dapat
diperlihatkan pada table 4-1 berikut.
Tabel
4-1. Perkiraan Beban Listik 450 VA Type
( R2)
4.1 Analisa Kapasitas Modul Solar Sell
Kapasitas modul solar sell harus
lebih besar dari kapasitas beban terpasang, seperti yang dijelaskan pada bab 2, bahwa satu unit modul surya yang
terdiri 36 hingga 40 cell surya, mempunyai kapasitas antara 15 hingga 50 Watt. Data spesifikasi Modul Solar Cell
dapat dilihat pada tabel 4-2 berikut:
Tabel 4-2 Spesifikasi Modul Sel Surya
maka kebutuhan modul
surya adalah :
n =
15,12 modul, dibulatkan menjadi 16
modul.
Setelah jumlah modul diketahui sebanyak 16 modul, tegangan yang
dibangkitkan 48 volt, maka modul surya perlu disusun pemasangan seri dan parael, seperti gambar 4-1 berikut.
Tujuan yang ingin di capai arus
dan tegangan yang dihasilkan dari PV
sebesar 11,12 Amper dan 60 volt. Untuk keamanan PV masing-masing grup pada PV
dilengkapi dengan diode, yang berfungsi sebagi bloking arus balik dari baterai
maupun dari PV group yang berbeda.
Gambar 4-1. Susuan Seri dan parael Modul Surya
Memperhatikan
gambar tersebut di atas, jumlah enam
belas panel (16) dibagi menjadi 4 group panel terdiri dari:
- Group I ( Panel (1), (8), (9) dan (16) dipasang seri
- Group II (Panel (2),(7), (10) dan (15) dipasang seri
- Group III ( Panel (3), (6), (11) dan (14) dipasang seri
- Grup IV ( Panel (4), (5), (12) dan (13) dipasang seri.
Terminal
output ke empat group di atas
dihubungkan dengan fuse masing-masing 3 A. Kemudian dipasang pararel
antara satu dengan yang lainnya terminal menuju ke inverter dibatasi oleh
MCB 12 A ( Miniatur Circuit Breaker)
yang terdapat dalam satu box kombinasi.
Besar arus
listrik yang berasal dari modul surya berdasarkan persamaan artikel ini dengan memperhatikan spesifikasi dari
PV diperoleh :
Besar
tegangan listrik yang berasal dari modul
surya berdasarkan persamaan (26), dengan memperhatikan spesifikasi dari PV
diperoleh:
4.2 Analisa Kapasitas BCR dan Baterai.
4.2.1 Analisa besar arus listrik
Berdasarkan daya listrik
yang terpasang pada tabel 4-1 tersebut di atas maka analisa besarnya
arus listrik menggunakan persamaan diatas, maka :
menjadi I = 756 / 48 diperoleh I =
15,75 Amper dibulatkan 16 Amper.
4.2.2 Analisa Durasi Penggunaan Daya Listrik.
Durasi penggunaaan daya listrik digunakan persamaan :
Dibulatkan menjadi 5 jam.
4.2.3 Analisa Kapasitas Baterai
Setelah besaran arus listrik diketahui
dan durasi penggunaan daya juga
diketahui, kapasitas baterai berdasarkan persamaan:
C = It. maka C = 16 x5 sehingga C = 80 Ah
Kapasitas tersebut
di atas masih harus memperhitungkan waktu pengosongan baterai, karena baterai
tidak boleh kosong minimum (50) % dari
pengosongan baterai harus terisi kembali. Sebagai asumsi untuk mengantisipasi
penggunaan daya dan durasi yang lebih dari perencanaan digunakan kapasitas
baterai 100 Ah, tegangan 12 Volt untuk setiap baterai.
4.2.4 Analisa Jumlah Baterai
Analisa jumlah baterai diperlukan untuk memperoleh pelayanan
kebeban agar tetap kontinyu, terutama
pada malam hari, baterai tidak mendapat suplay dari PV, sehingga terjadi proses
pengosongan,
rangkaian pemasangan hubungan batrerai
diperlihatkan pada gambar 4.2 berikut.
Gambar 4-2. Baterai hubungan seri
Berdasarkan gambar tersebut di atas
besar tegangan output dari enam belas unit baterai yang di hubungankan
seri dan pararel dihasilkan :
Baterai yang
tersedia dipasaran 12 volt, perencanaan
menggunakan tegangan 48 volt 400 Ah, sehingga
diperlukan baterai sebanyak 16
atau 4 unit/group yang dipasang secara seri dan pararel sehingga
menghasilkan tegangan 48 volt, dan berdasarkan persamaan (10) arus output
dari baterai 400 Amper hour . Jika diasumsikan arus yang disuplai
ke Inverter pada beban penuh 10
A, maka pengosongan baterai dapat di hitung berdasarkan persamaan:
Berdasarkan tabel 4-1 tersebut di
atas jika beban listrik 630 watt, enerji 2.780 Wh tegangan 220 Volt, arus sisi beban 2,75 A dan arus disisi primer 10
A, maka baterai mampu bertahan dalam
waktu 20 hour, ( bataerai akan kosong pada batas 50
%). Pengisian kembali dilakukan oleh BCR
ketika PV sudah mendapat intensitas matahari, lama waktu pengisian
baterai hingga kondisi penuh membutukan waktu 6 jam.
4.3 Analisa BCR ( Baterai Kontrol Regulator)
Berdasarkan data beban dan enerji
yang diperlihatkan pada tabel 4-1 tersebut di atas serta gambar
BCR 4-3 untuk menerima arus /tegangan dari modul surya, dan sebagai penyuplai
beban atau pegisi baterai, bentuk
gelombang tegangan dan arus diperlihatkan pada gambar 4-4 dan 4-5 berikut.
Gambar 4-3. Rangkaian BCR
Rangkian tersebut di atas BCR yang berfungsi sebagai pengisi baterai
dan pensuplai beban listrik. Cara kerja
rangkaian dijelaskan sebagai berikut:
- Tegangan sebesar 48 Volt diperoleh dari output Photovoltaik (PV). Untuk pengisian arus listrik digunakan IC 555D yang berfungsi sebagai regulator tegangan dan arus, charger.
- Sebagai proteksi arus lebih pada output IC 555D digunakan Diode MV2201, dan diode M8D101 hal ini berfungsi sebagai bloking arus balik dari baterai.
- Sebagai Baterai menggunakan resistasi sebesar 3 ohm yang merupakan hasil pengukuran pada saat baterai tidak mempunyai arus dan tegangan.
- Jika baterai telah terisi penuh maka arester (LA) berfungsi membuang arus dan tegangan listrik ketanah.
Bentuk Program
berdasarkan rangkaian tersebut di atas diperlihatkan sebagai berikut: (Vladimirescu A . 2006)
********************************************************************
M.Hariansyah\Tesis\PSpice\Chopper.sch BCR CIRCUIT
DESCRIPTION
********************************************************************
C_C2 0 $N_0001 Cbreak 10n
C_C1 0 $N_0002 Cbreak 10u
R_R2 $N_0002 $N_0003 250
R_R1 $N_0003 $N_0004 250
V_V1 $N_0004 0 48
D_D3 $N_0005 $N_0006 MBD101
D_D5 $N_0007 $N_0006 MV2201
X_X1 0 $N_0002 $N_0007
$N_0004 $N_0001 $N_0002 $N_0003 $N_0004 555D
+ PARAMS: MAXFREQ=3E6
L_L3
$N_0004 $N_0005 10m
R_R3
0 $N_0006 3
.ENDALIASES
.probe
.END
TOTAL POWER DISSIPATION 7.33E+02
WATTS4.4 Pembahasan BCR.
BCR
yang direncanakan mempunyai
kapasitas 730 watt, hal ini di
maksudkan agar BCR mampu mensuplai
beban 500 watt. Kapasitas daya tersebut dapat tercapai jika menggunakan komponen-komponen seperti ditunjakkan pada rangkaian tersebut
diatas. Untuk mencegah pengisian baterai berlebih, disisi tegangan positif di
pasang arrester (LA) yang berfungsi untuk membuang arus listrik dan tegangan
ketanah. Bentuk grafik tegangan dan arus listrik yang keluar dari BCR diperlihatkan pada gambar 4-4 dan
4-5 berikut:
Gambar
4-7. Arus keluaran inverter Gambar 4-8.
Tegangan Output Inverter
Dari benttuk grafik arus dan tegangan yang keluar dari
Inverter terlihat bahwa arus dan tegangan telah berbentuk sinussoida pada
tegangan 220 volt, dengan frekuensi 50 Hz sehingga sudah siap untuk memberikan
suplay ke beban. Bentuk grafik tegangan pada titik-titik a, b c dan d diperlihatkan
pada lampiran 9 dan 10.
4.7 Efisiensi
Mengacu pada persamaan (8), diperoleh
efisiensi dari PLTS, yaitu dengan membandingkan Pout terhadap P input
Maka Eff = ( 630 / 800
) = 78 %
5. KESIMPULAN
Setelah dilakukan simulai dan
analisa terhadap peralatan pendukung
PLTS untuk mensuplay beban 500 Watt pada tegangan 220 volt diperoleh hasil :
a. Kebutuhan
PV berjumlah 16 unit, dibagi menjadi 4 group yang dipasang seri, dan
terminal output ke empat group dipasang pararel, menghasilkan
daya 800 Watt.
b. Baterai berjumlah 16 unit, masing-masing
berkapasitas 100 Ah, 12 Volt dipasang
secara seri 4 baterai dalam satu group dan empat group baterai dipasang
pararel sehingga menghasilkan tegangan
48 volt dan arus 400 Ah. Pengosongan baterai dari 100 % menjadi 50 %, jika digunakan
pada enerji 2.780 Wh.
c. BCR dibutuhkan satu unit, beserta
komponen-komponen pendukungnya, kapasitas daya BCR yang dibutuhkan sebesar 733 watt,.
d.
Inverter dibutuhkan satu unit beserta komponen-komponen pendukungnya,
kapasitasnya 735 watt.
e.
Beban maksimum 630 watt, kapasitas PLTS 800 watt, sehingga PLTS dapat mensuplai dengan
lancar.
f.
Baterai tidak diizinkan mengalami
pengosongan, karena dapat merusak baterai dan memperpendek usia baterai,
kapasitas baterai dari 100 % hingga 50 %
setelah baterai bekerja
selama 20 jam, pada energi 2,78 kWh,
dan pada siang hari kekosongan baterai
diisi kembali oleh BCR setelah modul surya menghasilkan arus dan tegangan
g.
Efisiensi PLTS sebesar 78 %, pada kondisi beban puncak.
6. DAFTAR PUSTAKA
A Green, M. 2002. Solar
Cells Operating Principles Technology and System Aplication. Prentice Hall. Sidney.
Buresch, M. 2003. Photovoltaic
Energy System Design and Installation.
Mc Graw Hill. New York
Court Norris. 2006.
A Guide to Photovoltaic (PV) System
Design and Installation. Endecon
Engineering. Washington
Djojodiharjo, H. 2001. Pengantar Ringkas Sistem Listrik
Tenaga Surya; Intitut Teknologi Bandung.
LIPI ( Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia). 2007 . Demografi
Kependudukan Indonesia. Jakarta;
Lokakarya PLN. 2006. PT. Perusahan Listrik Negara, Tbk (
PLN) Pusat. Jakarta
Marsudi, D. 2005. Pembangkit
Energi Listrik. Erlangga; Jakarta.
Rashid
H M. 1981. Power Electronics. Prentice
Hall International Inc, 2st
. New Jersey
Zuhal. 2001. Dasar Teknik Tenaga Listrik. Edisi ke 6. Binacipta. Bandung.
Vladimirescu
A . 2006. The PSipes Book Electronics and Circuit Analysis Using. New York;
1 komentar:
Mengunjungi blog yang bagus dan penuh dengan informasi yang menarik adalah merupakan kebahagiaan tersendiri.... teruslah berbagi informasi
Posting Komentar